A.Definisi
Mitos (bahasa Yunani: μῦθος— mythos) atau mite (bahasa Belanda: mythe) adalah cerita prosa rakyat
yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang
alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar
terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Dalam pengertian yang lebih
luas, mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional.
Pada umumnya mitos menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para
makhluk penghuninya, bentuk topografi,
kisah para makhluk supranatural, dan sebagainya. Mitos dapat timbul sebagai catatan peristiwa sejarah yang
terlalu dilebih-lebihkan, sebagai alegori
atau personifikasi
bagi fenomena alam, atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual.
Mereka disebarkan untuk menyampaikan pengalaman religius
atau ideal, untuk membentuk model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran
dalam suatu komunitas.
B.Alasan Mitos
Dipercaya
Mitos sangat berpengaruh pada
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat kental
budaya kedaerahannya. Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih
mempercayai hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Pada dasarnya,
mitos orang zaman dahulu memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup keturunannya. Tetapi mereka cenderung
menggunakan cara yang keras atau lebih tepatnya tidak masuk akal tidak bisa
diterima oleh logika. Misalnya orang tua melarang anak perempuannya makan di
tengah pintu. “Marai ditolak joko“ (menyebabkan ditolak jejaka,Red) kata mereka
yang mempercayai mitos. Jika hal ini dipikir secara logika, apa hubungannya
antara makan di tengah pintu dengan ditolak joko sulit mendapatkan pasangan.
Maka dari itu, orang- orang zaman sekarang banyak yang tidak mempercayainya.
Padahal maksud dari mitos tersebut jika dicermati, banyak kaitannya dengan
etika dalam kehidupan kita. Jika kita makan di tengah pintu maka ketika ada
orang yang bertamu ke rumah kita, cenderung mengurungkan niatnya.
C.Contoh-Contoh Mitos
1.Kalau nyapu harus sampai tuntas jangan dikumpulin
dipojokan, nanti biar rejekinya tidak mampet (ini mitosnya). Kalau
dimarahin sama Ibu, Nenek, atau buyut kamu soal ini jangan marah dulu, pikirin
aja yang masuk akal, yang disapu pasti kotoran dan debu kan ? kalau terlalu
lama dikumpulin di pojokan setiap kamu nyapu jadinya rumah atau kamar kamu
bakal kotor, kalau keadaan kotor pasti bikin malas. Jadinya tidak bisa
melakukan sesuatu hal yang bisa menguntungkan, misalnya gara-gara kamar kotor
malas belajar bisa jadi kan, akhirnya rejeki baik untuk dapat nilai bagus
terhambat kan ? anggap saja begitu.
2.Dilarang
Bersiul Di Sore (Magrib) dan Malam Hari
Dalam
mitos Jawa kita di larang bersiul saat petang/malam hari. Bersiul di
malam hari di anggap sebagai panggilan terhadap makhluk halus.
2.Legenda Candi Prambanan
-Lokasi Serta Sejarah :
Di dekat kota Yogyakarta terdapat
candi Hindu yang paling indah di Indonesia. Candi ini dibangun dalam abad
kesembilan Masehi. Karena terletak di desa Prambanan, maka candi ini disebut
candi Prambanan tetapi juga terkenal sebagai candi Lara Jonggrang, sebuah nama
yang diambil dari legenda Lara Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Beginilah
ceritanya.
Konon tersebutlah seorang raja yang bernama Prabu Baka.
Beliau bertahta di Prambanan. Raja ini seorang raksasa yang menakutkan dan
besar kekuasaannya. Meskipun demikian, kalau sudah takdir, akhirnya dia kalah
juga dengan Raja Pengging. Prabu Baka meninggal di medan perang. Kemenangan
Raja Pengging itu disebabkan karena bantuan orang kuat yang bernama Bondowoso
yang juga terkenal sebagai Bandung Bondowoso karena dia mempunyai senjata sakti
yang bernama Bandung.
Dengan persetujuan Raja Pengging, Bandung Bondowoso
menempati Istana Prambanan. Di sini dia terpesona oleh kecantikan Lara
Jonggrang, putri bekas lawannya — ya, bahkan putri raja yang dibunuhnya.
Bagaimanapun juga, dia akan memperistrinya.
Lara Jonggrang takut menolak pinangan itu. Namun demikian,
dia tidak akan menerimanya begitu saja. Dia mau kawin dengan Bandung Bondowoso
asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Syaratnya ialah supaya dia dibuatkan seribu
candi dan dua sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam waktu semalam.
Bandung Bondowoso menyanggupinya, meskipun agak keberatan. Dia minta bantuan
ayahnya sendiri, orang sakti yang mempunyai balatentara roh-roh halus.
Pada hari yang ditentukan, Bandung Bondowoso beserta
pengikutnya dan roh-roh halus mulai membangun candi yang besar jumlahnya itu.
Sangatlah mengherankan cara dan kecepatan mereka bekerja. Sesudah jam empat
pagi hanya tinggal lima buah candi yang harus disiapkan. Di samping itu
sumurnya pun sudah hampir selesai.
Seluruh penghuni Istana Prambanan menjadi kebingungan karena
mereka yakin bahwa semua syarat Lara Jonggrang akan terpenuhi. Apa yang harus
diperbuat? Segera gadis-gadis dibangunkan dan disuruh menumbuk padi di lesung
serta menaburkan bunga yang harum baunya. Mendengar bunyi lesung dan mencium
bau bunga-bungaan yang harum, roh-roh halus menghentikan pekerjaan mereka
karena mereka kira hari sudah siang. Pembuatan candi kurang sebuah, tetapi apa
hendak dikata, roh halus berhenti mengerjakan tugasnya dan tanpa bantuan mereka
tidak mungkin Bandung Bondowoso menyelesaikannya.
Keesokan harinya waktu Bandung Bondowoso mengetahui bahwa
usahanya gagal, bukan main marahnya. Dia mengutuk para gadis di sekitar
Prambanan — tidak akan ada orang yang mau memperistri mereka sampai mereka
menjadi perawan tua. Sedangkan Lara Jonggrang sendiri dikutuk menjadi arca.
Arca tersebut terdapat dalam ruang candi yang besar yang sampai sekarang
dinamai candi Lara Jonggrang. Candi-candi yang ada di dekatnya disebut Candi
Sewu yang artinya seribu
.
-Dampak Positif
Dampak budaya yang merupakan perubahan pada sistem
pengetahuan, nilai, pandangan hidup, norma, serta aturan-aturan yang ada dalam
suatu masyarakat, sebagai hasil dari terjadinya perubahan-perubahan tertentu di
dalamnya, merupakan dampak yang relatif paling sulit untuk diketahui. Dampak
budaya ini tidak dapat begitu saja diamati, dan tidak selalu dapat dipaparkan
dengan jelas oleh warga masyarakat yang diteliti. Namun demikian, hal itu dapat
diketahui dengan memperhatikan berbagai perilaku dan interaksi sosial, serta
bebagai bentuk ekspresi simbolis lainnya, misalnya munculnya berbagai macam
bentuk kesenian-kesenian baru.
-Dampak Negatif
Dampak sosial negatif pemanfaatan untuk pariwisata tidak
begitu tampak di desa tempat penelitian. Dampak sosial negatif justru paling
jelas terlihat di kawasan Taman Wisata Candi sendiri. Kehadiran ratusan
pengasong dan penjual jasa ini tidak hanya mempunyai kemungkinan merusak bagian
taman dan membahayakan kelestarian Candi itu sendiri, bahkan juga merusak citra
pariwisata Indonesia khususnya.
Daftar Pustaka:
0 komentar:
Posting Komentar